Jumat, 28 Desember 2018

JANGAN SALAH MEMILIH TEMAN

Sahabat yang dimuliakan Allah SWT.

Dalam memilih teman memang perlu berhati-hati. Jika salah memilih teman dalam pergaulan bisa menjerumaskan kita kepada kemaksiatan dan dosa.

Ada sejumlah hal yang disesalkan manusia di akhirat kelak.
Satu diantaranya adalah penyesalan akibat salah memilih teman dalam bergaul.

Firman Allah SWT di dalam Al-Qur'an sbb :

"Dan ingatlah pada hari ketika orang-orang berdosa menggigit dua jarinya, menyesali perbuatannya"
(QS. Al-Furqan 25 : ayat 27)

"Kecelakaan besarlah bagiku; kiranya dulu aku tidak menjadikan si dia itu teman akrab ku"
(QS. Al-Furqan 25 : ayat 28)

Bukan perkara mudah untuk memilih teman yang istiqomah dan terus mengajak kita kepada kebaikan. Kadang kala, seorang teman yang awalnya dianggap sebagai orang yang baik, tiba-tiba bisa saja menjadi jahat, bahkan mengkhianati persahabatan.
Akibat salah memilih teman dekat itulah dia rusak pikirannya, mudah maksiat, atau setidaknya melalaikan diri dari mengingat Allah.

Dalam Hadist riwayat diebutkan sbb :

"Seseorang itu tergantung pada agama temannya. Oleh karena itu salah satu diantara kalian, hendaknya memperhatikan dengan siapa yang dia jadikan teman"
[HR. Abu Dawud 4833 & at-Tirmidzi 2378]

Sebagai hamba Allah yang dhaif, kita tak kuasa membaca isi hati seseorang, apakah kelak teman atau sahabat kita  bisa terus bersama-sama dalam meraih kebaikan, atau suatu saat dia akan mencelakakan kita.

Maka pantaslah apabila Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam mencontohkan kita sebuah do'a sbb :

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam  bersabda :

اَللَّهُـمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُبِكَ مِنْ يَوْمِ السُّوْءِ، وَمِنْ لَيْلَةِ السُّوْءِ، وَمِنْ سَاعَةِ السُّوْءِ، وَمِنْ صَاحِبِ السُّوْءِ، وَمِنْ جَارِ السُّوْءِ فِيْ دَارِ الْـمُقَامَةِ

“Ya Allah sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari hari yang buruk, malam yang buruk, waktu yang buruk, teman yang jahat dan tetangga yang jahat di tempat tinggal tetapku”
(HR. At-Thabrani)

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوْذُ بِكَ مِنْ خَلِيلٍ مَاكِرٍ ، عَيْنَاهُ تَرَيَانِي وَقَلْبُهُ يَرْعَانِي ، إِنْ رَأى حَسَنَةً دَفَنَهَا ، وَإِنْ رَأى سَيِّئَةً أَذَاعَهَا

“Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari teman dekat yang suka menipu, matanya melihatku tetapi hatinya mencurigai aku. Jika ia melihat kebaikanku, ia sembunyikan. Tetapi jika ia melihat kejelekanku ia sebarkan”
(Hadits mursal riwayat Ibnu Najjar dari Sa’id Al-Maqburi)

Pada do’a tersebut, kita memohon kepada Allah Ta’ala agar dilindungi dari kejahatan teman akrab atau sahabat karib yang khianat dan menipu.

Dijauhkan dari keburukannya dapat beragam bentuknya. Terserah kepada Allah Ta’ala bagaimana Ia melindungi kita. Husnuzhan tetap kita jaga, tidak sibuk mencurigai sebagian sahabat dekat kita, tetapi Allah Ta’ala menjauhkannya pelan-pelan. Kita tidak memutus persahabatan, tapi tanpa terasa saling berjauhan.
Atau, boleh jadi tetap akrab, tapi Allah Ta’ala singkirkan tipu dayanya dari kita. Dalam ini kita tidak perlu bersibuk menelisik keburukan sahabat kita, yang menjauh maupun yang mendekat.

Tetapi adakalanya Allah Ta’ala bukakan keburukan teman akrab tersebut secara terbuka, tanpa kita berusaha mengorek keburukannya maupun bersibuk membuka kelicikannya. Allah Ta’ala bukakan tanpa kita berusaha membuka keburukannya. Boleh jadi kita bahkan tidak memiliki kecurigaan dan kekhawatiran sedikit pun. Tetapi Allah Ta’ala kabulkan do’a kita dengan cara ini disebabkan sahabat dekat kita itu khianat secara luas dengan memanfaatkan kedekatannya dengan kita.

Boleh jadi kawan dekat yang ingin khianat itu, belumlah dekat. Ia baru ingin mendekat. Tapi Allah Ta’ala kabulkan do’a dengan menghalangi seseorang yang ingin mendekat tersebut sehingga tetap tak dapat akrab. Boleh jadi tetap berteman, tetapi tetap tidak dapat akrab dan kita dijauhkan dari sikap khianatnya dia.

Yang kita perlu sangat hati-hati adalah persangkaan kita terhadap kawan kita yang jauh maupun sahabat kita yang sekarang agak renggang hubungannya. Sekalipun mungkin saja jauhnya seseorang dari kita karena Allah Ta’ala menghalanginya dari mengkhianati kita, tetapi kita tidak dapat memastikannya sehingga kita hendaknya tidak sibuk dengan persangkaan buruk (su’uzhan) yang boleh jadi salah besar.

Maka dari itulah kita bedo’a dengan sungguh-sungguh tanpa menentukan caranya. Kita pasrahkan segalanya kepada Allah Ta’ala, sembari di saat yang sama kita tetap menjaga persangkaan baik kita kepada rekan-rekan kita.

Wallahu 'alam bish-shawab

Tidak ada komentar:

Posting Komentar